Pages

Senin, 24 Agustus 2015

Semalam Di Bandung ( 22 - 23 Agt 2015 ), Review Museum Geologi, The Valley Resort dan The Valley Bistro & cafe ( I )

Sebenarnya agak bosen juga bikin cerita ke Bandung ( ka bandung deui ... ka bandung deui, teu aya jurusan laen neng ...?? ) tapi berhubung tempat yang didatangi bener - bener baru jadi ya ngga papa lah ...

Perjalanan kami ke Bandung kali ini ketambahan anggota, yaitu Bapak dan Ibu saya, bahkan awalnya kepergian kami demi memenuhi keinginan beliau - beliau ini untuk menghadiri Halal Bi Halal keluarga besar ibu saya di rumah Bude di daerah Kiara Condong. Kalaupun akhirnya kebetulan teman sekantor saya ternyata menikah sehari sebelumnya di Bandung juga, itu semata mata kebetulan, karena rencana HBH sudah disusun sejak sebelum lebaran dan saya dapat undangan pernikahan baru seminggu sebelum hari H. 

Awalnya saya ingin menginap lagi di Panghegar, tapi berhubung ada rencana ke kondangan, saya berfikir kalau meninggalkan ortu dan 2 krucils di panghegar agak2 kurang pemandangan, jadilah saya browsing lagi kesana kemari sampai pas klak klik gak jelas, terpampanglah pemandangan yang menarik hati berupa iming - iming ada adventure park, kolam renang air hangat dan ada snack sore ( baru kali ini saya nginep di tempat yang ada snack sorenya, norak sih tapi biar ajaaaaa ). Seperti biasa saya mengorder melalui klikhotel karena ngga perlu lagi konfirm karena reservasinya sudah instan. Setelah mengamati harga yang di tawarkan dan memastikan lokasinya di google map ( saya mah buta Bandung tanpa bantuan mbah google biarpun udah bolak balik ), jadilah saya putuskan untuk memesan sekaligus langsung membayar. Yang saya suka dari klikhotel itu karena cepat sekali respon pengiriman vouchernya, saya bayar pagi, kurleb 2 jam voucher sudah dikirim ke email saya. 

Setelah itu mulai deh saya browsing - browsing lebih lengkap tentang hotel ini dan fasilitas yang ada di dalamnya, ternyata saya baru tau kalau di lokasi yang sama itu ada cafe the valley yang lagi hit di Bandung .... saya seumur umur belum pernah ke dago pakar, mentog2 ke dago giri aja makanya sama sekali ngga tau segala macem kafe yang lagi ngehits disana. Lumayanlahhh, pingin juga nyobain atau kalo ngga terlalu selera, bisa ke kafe sebelah (Sierra) yang sama2 hits. Tp sebelumnya si bungsu sudah bikin rekues, "Bu, aku mau ke museum yang ada T-Rexnya donk... dulu kan aku masih kecil jadi ngga inget" ... oke deeehhh, memang waktu dulu kesana dia masih cimut, jadi bolehlah kita set ittinerary kesana juga. 

Jadilah hari Sabtu, tanggal 22 Agt 2015 kami semua berangkat ke Bandung, sengaja dari Cikarang berangkat pagi dengan harapan bisa early check in. Tapi rencana tinggal rencana, pagi sebelum berangkat saya menelpon hotel dulu untuk menanyakan apakah bisa early check in, dan ternyata hotel sedang dalam kondisi penuh jadi tidak dimungkinkan untuk early check in.. yaaaaaaaa ... sutralah kalo begitu...

Jam 8.30 kami start dari cikarang menuju Bandung, seperti biasanya hari Sabtu arus lalu lintas ke Bandung selalu ramai ( heran yahhh, ngga ada matinye boooo ... bandung, padahal minggu lalu baru long weekend ) dan dari hasil pantauan traffic di google map, di outlet pasteur sudah meraaaah  panjang, jadi saya putuskan untuk mencoba keluar di pasir koja saja. Semua panduan perjalanan 100% di pandu google map (makasih ya mbaaahhh... anda sudah meringankan beban saya buat ngapalin jalan). 

Tujuan pertama kami adalah museum Geologi di daerah Jl. Jend Sudirman, berseberangan serong dengan gedung sate. Kami tiba di lokasi museum sekitar jam 10.30 pagi, suasananya tidak terlalu ramai, minimal tidak seramai waktu pertama kali kami berkunjung kesana yang pas sekali dengan rombongan anak sekolah, kali ini hanya pengunjung biasa. Lokasi pembelian tiket ternyata sudah pindah dari tadinya di dalam museum menjadi di luar museum di sayap sebelah kiri. Harga tiketnya muraaahhh sekali, seinget saya untuk ber 6 (4 dewasa, 2 anak) tidak sampai 50 ribu. 

Di dalamnya ada 2 lantai, saya sudah pernah ke lantai 2 yang isinya penjelasan tentang pertambangan mineral dan minyak bumi, jadi saya lebih mengarahkan untuk di lantai 1 saja, mengingat saya membawa ortu yang sudah sepuh sementara disana tidak ada lift. Show case di lantai 1 masih sama seperti ingatan saya, tetapi ada beberapa yang berubah, yang paling jelas adalah adanya show case batu2an (rough) semacam perhiasan dan kristal2, cantiiiikkk sekali. Ada 2 orang yang sangat menikmati batu2an ini, ibu saya dan suami saya ( hahahaha.... ) 

ini foto2 di dalamnya yang sempat saya abadikan (tidak detail karena saya mengawasi si bungsu yang lari kesana kemari)




 

Minggu, 31 Mei 2015

jalan - jalan : 2 malam di bandung ... antara Panghegar dan Luxton

Setelah lama off air dari dunia penulisan , malah sampai tidak menyelesaikan review perjalanan kami ke Malang, hahaha..... aishhhh ... malu dehh, akhirnya saya jadi kepingin menuliskan lagi perjalanan kami yang lain. 

Sebenarnya ini tulisan yang ngga penting - penting amat siiihhh, qiqiq... tapi lumayan untuk dibaca - baca sebagai penambah rekomendasi hotel. 

Perjalanan ini tanpa rencana panjang sebelumnya, berhubung ada libur hari kejepit saja di bulan Mei ini, pas di akhir bulan jadi saya terpikir untuk berlibur sejenak di luar kota pluuuussss  pas ada rapelan dari kantor, hihihi ( kalo ngga ada juga males, kebayang soalnya menipisnya dompet terlalu cepat ). 

Niat liburan ini memang dikhususkan untuk menikmati fasilitas di penginapan / hotel saja, kenapa ?? karena selama ini tiap menginap, kami nyaris tidak pernah menikmati fasilitas hotel, kebanyakan mencari kegiatan di luar. Di samping itu, berhubung anak - anak masih dalam kurun waktu UAS, saya mengurangi tingkat kelelahan mereka dengan beraktifitas yang ringan - ringan saja, supaya kalau pulang ke rumah mereka masih bersemangat untuk belajar krn harus UAS esok harinya. 

Oleh karena itu, kami putuskan untuk ke Bandung saja, karena jarak yang relatif dekat dengan rumah, dari Cikarang hanya menempuh 90 km an dan bisa ditempuh dalam waktu 1 - 2 jam ( dalam kondisi lancar ) dan berbeda dari kebiasaan kami, selama ini kalau ke Bandung kami selalu memilih stay di hotel budget saja dengan pertimbangan, toh cm untuk tidur karena kami banyak di luar, tapi kali ini saya ingin anak - anak lebih menikmati fasilitas - fasilitas yang ada, so.. this time kami menginap di hotel yang agak - agak lebih berbintang dari biasanya.  

Pertimbangan utamanya, kolam renang yang tersedia cukup besar, landscape yang menunjang mereka bermain, kalau bisa ada fasilitas children playground dan kamar yang cukup luas. 


Ada beberapa hotel yang sudah saya incar sejak lama, tapi ratenya yang tinggi membuat saya maju mundur untuk memesan, which are Padma Hotel dan Hilton hotel, tapi kemaren sempet juga sih saya intip2 website dan nelpon ke hotelnya untuk nyari diskonan kartu kredit, cm ternyata Padma hotel penuh dan Hilton hotel hanya memberikan diskon untuk kartu kredit tertentu yang saya atau suami ngga punya akhirnya terpaksa saya coret dari list. 


Pilihan selanjutnya jatuh ke Luxton Hotel, karena duluuuuu banget, teman saya pernah memposting fotonya di sebuah kamar yang menurut saya eksotis sekali dan di tag Luxton Bandung. Sejak itu, saya penasaran juga ingin mencoba stay di Luxton. untuk mempermudah pencarian saya, saya memakai aplikasi traveloka, cm saya lupa apa sebabnya sampai akhirnya malah saya membooking via Front office hotel langsung. Jadi saya akhirnya membooking kamar deluxe twin bed, no smoking room untuk CI hari Sabtu, tanggal 30 mei, CO besoknya. 

Hari Kamis tanggal 28 Mei, saya mikir mikir, tanggal 30 mei ini long weekend ( kalau senin cuti siiihh ), jadi sepertinya bakalan macet kalo berangkat hari Sabtunya biarpun pagi. Akhirnya mendadak saya kepikir berangkat jumat saja, tapi berarti harus nambah menginap lagi semalam dan saya niat kalau memang bisa booking hotel langsung dapet vouchernya jumat pagi, ya berangkat kalo tidak ya ngga jadi jumat, tetap Sabtu. kali ini saya mencoba mencari lewat klikhotel.com, website pencari hotel andalan saya, setelah mencari beberapa opsi akhirnya saya menjatuhkan pilihan ke Hotel panghegar di Merdeka dan ternyata harga room deluxe condotel malah lebih murah dari Luxton, hahaha padahal Panghegar bintang 5, Luxton bintang 4. 

Jumat malam setelah maghrib kami berangkat, perjalanan termasuk lancar hanya membutuhkan 1,5 jam untuk sampai ke Pasteur. Jam 9 kami sampai di hotel Panghegar, sebenarnya kalo terbiasa dengan Bandung sih mudah sekali menemukan hotel ini, karena letaknya di pusat kota banget, tapi berhubung saya sama suami termasuk jarang ke Bandung, jadilah mesti dipandu sama mbah gugle dulu ^_*. 

First impression about this Hotel .................. its hugeeee ... karena memang termasuk kondominium disamping hotel eksistingnya. Lobby hotelnya juga besar dan mewah, saya ngga sempet keliling - keliling karena sudah keburu malam, anak - anak juga pingin cepet - cepet masuk ke kamar. Daaannn ... di lower ground ini banyak toko2 kecilnya termasuk Alfamart yang buka 24 jam (sepertinya untuk mengakomodasi penghuni kondo maka disediakan seperti ini). Anak - anak udah kepingin saja beli cemilan disana, hadeehhh..

Segera setelah saya cek in, mbak FO nya langsung memproses dan menanyakan apakah saya menginginkan kamar dengan city view atau pool view. saya tanya balik, kalau city view itu kondisinya seperti apa ( pemandangannya ), dijawab rumah rumah saja bu... ooooo ya sudah saya pilih pool view saja deh. Akhirnya mbaknya menyerahkan kunci kamar kami, di room 1240 dan saya dapat 2 kunci plus 2 voucher breakfast. Langsung kami menuju ke kamar dehhh.. di hotel ini jangan takut antri lift, karena lift untuk penghuni/customer hotel ada 5 (terbanyak yang saya pernah inapi). 

Seperti biasa, kunci kamar jenis smart key cukup di tap di pintu dan kita akan bisa membuka pintunya, tapi berbeda dari kebanyakan hotel, di hotel ini kita tidak perlu memasukkan smart key itu untuk menghidupkan listriknya, mungkin karena apartemen ya jd seperti itu. Begitu membuka pintu kamar, I'm stunning ....... woooww, this is a big room. Di dalam kamar deluxe condotel yang saya tempati, dilengkapi dengan pantry ( ada microwave, kulkas mini, safe deposit box, kitchen sink dan preparation table yang cukup luas ), storage di pantrynya juga banyak, langsung terpikir, waahh kalo menginap dengan keluarga besar lumayan juga. Plus ada meja makan mungil 3 kursi dan 1 sofa yang cukup besar untuk jadi sofa bed. Interiornya juga modern dan stylish, cm kamar mandinya agak sempit jd kalo wudhu mesti masuk ke bath tub deh, hehe..

courtesy of Agoda.com


 hasil foto sendiri ... liat pantry dan meja makannya.. lumayan kan


ini foto dari arah meja makan ke Jendela, twin bed sudah di rapatkan dan terlihat sofa yang cukup besar di ujung sana


Malam itu setelah menaruh barang di kamar, kami kembali turun ke lobby karena pas masuk ke hotel tadi suami sempat melihat ada cafe di sisi luar hotel. Jadilah kami kesana, kebetulan saya sehabis buka puasa tadi baru makan mendoan saja 2 buah, jadi perut memang terasa minta diisi. 

Saya lupa nama cafenya apa, tapi letaknya ada di sisi luar hotel, tidak terlalu besar dan berbatasan langsung dengan rel kereta. Lucu juga, setiap ada kereta yang lewat, ada waiter yang akan memukul sejenis bel yang bunyinya mirip bunyi bel di palang pintu kereta sampai kereta itu berlalu. Anak - anak suka sekali, namanya juga anak yang tinggal di jakarta coret, tidak dilalui jalur kereta dan jarang naik kereta ... ^_^. Saya cuma memesan pizza sama pisang caramel, es krim untuk anak - anak, mocktail utk saya dan es teh manis untuk ayahnya. Rasanya .... ya standar lahh, harga tidak terlalu mahal juga, dan ada hiburan life music akustik, jadi lumayan terhibur juga. Cafe ini buka sampai jam 12 malam, tapi berhubung kami sudah ngantuk jadi jam 22.30 kami sudah kembali ke kamar. 

Keesokan paginya pada saat siap - siap sarapan, beberapa kali anak - anak memantau kondisi kolam renang, ternyata sudah mulai ramai yang berenang, tapi karena saya ngga pingin mereka berenang dalam kondisi perut kosong, jadilah saya minta mereka sarapan dulu. Untuk deluxe condotel ini, breakfastnya di Pakuan resto di area lobby hotel, sementara kalau kita pesan kamarnya executive condotel ke atas, maka breakfastnya di sky lounge yang ada di lt. 19 ( next trip ah, kalo nginep di sini lagi ). 

Restorannya tidak terlalu besar, makanannya yaahh standar hotel tapi tidak terlalu bervariasi, dan rasanya juga biasa saja. masih kalah jika dibandingkan dengan variasi dan rasa makanan di hotel santika (semarang dan malang), hotel novus puncak, putri gunung lembang bahkan dengan banana inn di lembang. Jangan salah, kadang2 hotel yang middle itu malah makanannya lebih variatif dan lebih enak rasanya lho, terbukti dengan makanan di berry hotel kuta bali yang buat saya paling enak rasanya dan masih reasonable harganya, padahal hotel budget dilokasi wisata terkenal. Untuk saya yang incaran utama nginep di hotel itu adalah breakfastnya ( hahaha ... ) ini penting banget untuk pertimbangan. 

Setelah sarapan barulah anak - anak berenang ... nahh, disini plusnya ... kolam renangnya ada 3, kolam anak, whirpool dan kolam biasa / dewasa. kolam anaknya lumayan besar, karena untuk si adek yang baru bisa meluncur, dia lumayan menikmati tuh. sedangkan kolam dewasanya besar, mungkin ukuran olympic ya, hanya bentuknya curva saja, si kakak soalnya cuma berenang di area yang dia masih bisa menjejakkan kaki. Tapi alhamdulillah sekali anak - anak sudah bisa dilepas berenang, walaupun belum terlalu bisa dan belum bisa mengapung, tapi saya sudah lebih tenang melepasnya ( efek 3 bulan ikut ekskul renang, biarpun belang blonteng ekskul renangnya ). 

ini foto dari agoda atau kayak yah.. yang pasti bukan punya saya karena saya lupa moto

Setelah berenang, kami hanya leyeh leyeh saja disini sampai menunggu waktu check out karena memang niatnya menikmati hotel, jadi dipuas puasin saja. Tepat jam 12 kami check out dari hotel. Dari panghegar di Merdeka ke Luxton di dago sebenarnya dekat sekali tapi karena jalannya satu arah jadi agak muter muter sih, cuma saya jd tau kalo jl. RE martadinata itu jalan riau dan bisa belok langsung ke dago... aihhh udik banget deeehhhhh akyuuu.. 

Sebelum ke Luxton kami menyempatkan diri dulu makan siang, dan kami putuskan untuk makan siang di lawang wangi resto n art space di daerah dago giri sana yang dulu pernah kami datangi berdua. Karena terkesan oleh pemandangannya kami berkeinginan untuk mengajak anak - anak kesana, sampai lupa kalo makanannya ngga ada yang sesuai dengan selera kami, wkwkwk.... sup buntut BBQ nya alot sekali, fetucini carbonaranya kental sekali krimnya tapi rasanya agak tawar, dan seafood platter yang saya pesan adalah yang paling mending rasanya. Es krimnya sih lumayan rasanya cm mocktail soda yang saya pesen lebih ke arah kecut ... overall, mengecewakan, kalo tidak karena pemandangannya rasanya tidak ada yang istimewa dari tempat itu atau mungkin itu main coursenya yah... pemandangannya ... hahaha.. pdhal tidak murah juga, krn utk 3 jenis makanan dan 4 minuman, hampir 400 rb (wakkss.. untung dpt rapelan jd ya sudahlaaahh ). 

Akhirnya sekitar jam 1.30 kami sampai di luxton, dan betul sekali, area parkirnya sempittt jadi memang harus di vallet ..^_*, setelah proses check in kami langsung menuju ke kamar. Tapi yang  merepotkan adalah kami hanya dapat 1 smart key yang harus digunakan pada saat kita memakai lift menuju ke kamar. Agak pusing kalo nanti ayahnya ingin pergi sendiri sementara saya ingin tetap di kamar, karena smart key nya juga berfungsi sebagai power plug in, jadi ngga mungkin di bawa keluar kalau masih ada yang stay di dalam. 

Saya dapat di lt 3 yang menghadap ke Jalan Dago, kamarnya luas, lebih luas dari di panghegar kalo kata suami, kalo menurut saya sih 11 12 sama panghegar cm kalo panghegar pakai pantry dan meja makan kalo luxton mah plong aja, jadi keliatan lebar banget. 

Dinding kamar mandinya ada yang memakai kaca full jadi tembus pandang ke arah kamar, buat saya malah lebih eksotis kalau dinding kacanya jenis sandblast jd menerawang sajaaaa. Ada tirainya kok, kalo ingin privacy. saya sempat kebingungan mencari lampu di shower boxnya sampai malam dan masih remang2. Lampu itu baru ketemu setelah tengah malam saya mau matikan untuk tidur, adduuhhh ternyata di luar toh lampunya, gak kepikiran blas... ndesooo puoooooolll. 

Karena ternyata kamar kami menghadap ke Barat, makanya panas sekali sampai matahari mulai terbenam, sampai - sampai saya lupa moto krn kondisi jendela yang harus di tutup untuk menghindari sinar matahari yang terik ajeee. 

Tapi untuk membantu membayangkan saya ambilkan beberapa foto - foto dari web luxton dan agoda





 atas : Foto lobby, bawah  : Foto Deluxe twin bed persis yang saya pesan ( semua dari web luxton )

Menjelang sore, kami berniat ke BIP, karena informasinya dekat, jalan kakilah kesana ...... ternyataaaaa... lumayan jauh juga yaahhh terutama pas balik lagi krn tadinya pingin ngangkot ke luxton tp pas saya sadar.. lah jalan depan BIP kan satu arah yaa, jadilah jalan kaki lagi ke luxton malem2 .. whahahaha... kocak. ....

Karena luxton ini betul2 dikelilingi segala macam cafe, restoran dan FO, kalau memang hobi jalan, nongkrong dan belanja sih udah full banget... ckp jalan kaki atau ngangkot drpada bawa mobil ribet bisa kesana kemari deehh. Tapi berhubung saya bawa anak - anak, sy mesti liat kondisi mereka, jam biologis mereka tidak boleh saya kacaukan, dan itu artinya jam 9 sudah harus tidur deeehh. Ayahnya anak - anak yang sempet nongkrong denger music di kafe deket hotel. Saya sih cukup bobo aja di kamar.

Besoknya dari rencana mo berenang karena pingin pulang cepet jadi gagal deh, jadi saya ngga tau kondisi asli kolam renangnya seperti apa. tapi menurut review sih tidak terlalu besar dan ada di gedung yang berbeda dari gedung yang saya inapi kemarin. 

Breakfastnya ...................... tempatnya sih hip banget, cm ternyata kembali saya agak - agak kecewa dengan variasi makanan dan rasanya. Saya sempat mencoba ketupat kari ayam, bubur kacang ijo ketan item, salad, beberapa roti ... yang paling enak ya bubur kacangnya. Jadi, next time..... hmmmmm.... I guess I will try other hotel, hehehe... Maybe I just over expectation. 

Jam 10 kami cap cus, mampir dulu di Denhaag klapertart untuk beli klapertaart tanpa rum kesukaan kakak, ke Brownies amanda dan terakhir mampir di Km 97 untuk makan siang, beli oleh - oleh ( lagi ) dan sholat dzuhur. 

Akhirnya sampai juga kami di rumah dengan selamat sekitar jam2 an. masih cukup waktu untuk anak - anak istirahat sebelum mengaji nanti malam.















 

 

Senin, 12 Januari 2015

Resensi Buku : Sakinah Bersamamu ( Asma Nadia )



Seharusnya saya terlebih dahulu meneruskan posting tentang perjalanan rekreasi kami ke Malang - Batu... tapi gara - gara menonton Assalamu'alaikum Beijing semalam, hari ini saya membeli 3 buku karya Asma Nadia sekalian menghadiahi diri sendiri krn ngga dapet hadiah dari suami , hiiikkss karena penasaran dengan tulisannya. 

Niat awal saya sih pingin beli buku karya Asma Nadia yang " Assalamu'alaikum Beijing " karena biarpun saya sudah menonton filmnya, tapi karena greget yang saya rasakan kurang mengena di hati, terasa ada beberapa hal yang lemah dan plot yang melompat, biarpun at the end, film ini bagus .... jalan ceritanya bagus, kuat dan terasa mengalir ( well, this movie successfully has made my dear hubs cried ... ;-p ) masih banyak meninggalkan ganjalan di kepala saya, sampai saya tidak sempat menangis mengikuti ceritanya ( ngareeeppp siiihhh .... kan kesannya mellow galau getooohhh ). Hal ini mendorong saya untuk bertekad mencari bukunya supaya bisa membaca secara lengkap sebenarnya bagaimana sihh jalan ceritanya. Memang saya sadar bahwa kerap kali film yang diangkat dari buku biasanya kalau tidak agak menyimpang dari ceritanya ya banyak sekuens sekuens yang dipotong untuk memenuhi durasi yang normal dari sebuah film. Dan untuk penikmat buku seperti saya, hal - hal ini terasa mengganggu karena bagaimanapun jalan cerita yang terpotong itu terasa penting untuk membangun alur cerita.. well, at least that for me.Plus, plot nya masih logislaahhh kalau ceritanya masih berkisah pada kehidupan sehari hari atau sekalian saja mengkhayalnya jangan tanggung tanggung .. macem Harry potter atau Twilight gitu laahh. 

Tapi ternyata keberuntungan belum berpihak pada dirikyu ini, karena pada saat sore hari ini, saya berkeliling toko buku yang ada di mal dekat rumah kami, saya tidak mendapati buku itu, menurut mbak - mbak penjaga mesin kasir, buku itu sudah habis (mungkin efek dari filmnya yang sedang ditayangkan maka orang berduyun duyun membelinya, seperti saya ..>_< ). Tapi rasanya sayang kalau saya tidak membeli apa2, jadilah saya pulang dengan menenteng 5 buah buku baru, 3 diantaranya buku karya Asma Nadia yang lain. 

Saya memilih buku Sakinah Bersamamu untuk dibaca pertama kali, karena kenapa yaaaahhh .... mungkin karena saya sudah berkeluarga cukup lama jd lebih merasa ada koneksi antara ceritanya dengan kehidupan saya sehari hari atau saya ingin mengambil hikmah dari rangkaian cerita yang tersusun di dalamnya. Entahlah , yang pasti saya memilih untuk membuka plastik buku itu dan mulai membacanya setelah sebelumnya berencana untuk membuka buku tentang traveler terlebih dahulu. 

Sebenarnya saya belum selesai membaca buku ini, tapi saya betul - betul tergelitik untuk menulis sesuatu yang berkaitan dengan buku ini. Bukan, saya tidak ingin berkomentar mengenai bagaimana jitunya Asma Nadia memilih tema tema dalam buku ini, tidak juga ingin mengomentari bagaimana ringan namun berbobotnya isi tulisannya (dalam setiap akhir bab, Asma Nadia seperti memberikan pemahaman atau menjadi konsultan keluarga tentang bagaimana menyikapi cerita dalam bab itu). Saya yakin, semua juga sudah faham kalau Asma Nadia termasuk di dalam deretan penulis yang bermutu pada era saat ini. Saya hanya ingin bercerita, bagaimana baru setengah selesai membaca buku saja sudah membuat saya nyengir, ingin menangis dan berpikir pada saat bersamaan. That's the effect of this book for me.

Ada banyak cerita yang disajikan oleh penulis dalam buku yg banyak mengambil tema tema yg terasa dekat dengan kehidupan sehari hari dalam rumah tangga dimana saya merasa terhubung dengannya. Diantaranya membahas tentang miskomunikasi antara suami dan istri yg berujung pd ngambek istri yg berkepanjangan, cerita tentang bagaimana fikiran seorang istri yg dihantui oleh bayangan ketakutan dalam benaknya bahwa suaminya berselingkuh, tentang seorang ibu yg sepertinya bosan dengan kehidupan di rumah yg ingin mencari pekerjaan di luar rumah, tentang clbk, tentang reuni, tentang bayangan masa lalu yg kembali berkelebat dalam ingatan, tentang kecilnya hati seorang istri karena penampilannya yg berubah atau tentang isi kepala suami manakala melihat istrinya yg seperti tidak mengupgrade dirinya selama bertahun tahun pernikahan, tentang selingkuh dan yg paling mengena adalah tentang cinta sejati atau lebih pada bagaimana kita menyikapi apa sih cinta sejati itu.

Menarik sekali bagaimana jalan cerita dalam setiap bahasan dirangkai dengan kata kata yang sederhana, tidak terkesan menggurui namun mengena. Membuat setiap kali saya selesai membaca 1 bahasan, saya berhenti sejenak untuk merefleksikan hal itu pada kehidupan kami.

Seperti pembahasan tentang Ngambek, yang bercerita tentang seorang istri yang bernama Indah yang merasa bahwa suaminya (Ryan) tidak perhatian pada dirinya yang berujung pada ngambeknya sang istri. Pertama, Indah ngambek gara - gara Ryan menegur istri tersayang karena kebanyakan ngegosip yang gak jelas sehingga Indah melakukan gerakan tutup mulut seharian sampai malam, tapi berakhir bete karena sepulang kantor suaminya malah langsung tidur. Kedua, Indah kembali ngambek lagi karena Ryan tanpa sadar mencela istrinya yang sedikit menggendut perutnya, akibatnya Indah ngambek ngga makan seharian tapi malah ditinggal mancing sama suaminya. Yang terakhir, Indah ngambek karena dalam kondisi desepedo krn salah potong rambut ternyata suaminya malah menertawakannya, sampai Indah memutuskan untuk tidur dalam keadaan pakai jilbab selama 3 malam berturut turut tapi tetheuuuppp lhooo  ngga ngaruh sama suaminya, atau setidaknya dalam pikiran Indah, semua yang dia lakukan tidak ada efek ke suaminya dan betapaaaaaa tidak perhatiannya sang suami padanya.

Saya langsung ngakak begitu selesai membaca cerita ini, because this was happened in my life. Ada masa - masa dimana saya merasakan apa yang Indah rasakan. Terutama pada awal - awal pernikahan kami atau ketika saya sedang sensitif. Rasanya suami itu ngga pengertian banget sih sama istrinya ini yang lagi merasa there is something wrong in my life ... Saya juga mengalami pada saat ngambek ternyata saya dicuekin sama suami sampai saya nangis bombay saking kesalnya saya gitu lhooo.. sampe nangis - nangis aja suami ngga ngeh, pdhal saya jarang nangis (duluuuuuu... sekarang mah cengeng , wakakakak ). Tapi, sekarang sih sudah ngga lagi ^_*.

Saya sudah mencapai titik kulminasi dimana pada akhirnya saya memahami, bahwa bukannya suami saya tidak perhatian, tapi memang ada beberapa hal yang dia ngga mengerti kenapa hal itu menjadi masalah untuk saya sementara untuk dia seharusnya tidak masalah... dan itu membingungkan dia kalo saya berulah seperti itu.

Itu membuat saya sekarang lebih fokus pada hal - hal yang prinsip sajalah, terutama yang berkaitan dengan keimanan kami, kesetiaan kami, kejujuran dan tanggung jawab, sepanjang itu terpenuhi, yang lain sudahlaaahhh.... that's part of me accepting my husband. Termasuk ketika kemarin, yang seharusnya hari tersebut istimewa untuk saya krn dihari itulah saya dilahirkan dan saya bermaksud untuk mensyukurinya dengan makan bersama keluarga di luar rumah, tapi ternyata malam sebelumnya suami saya malah berencana pergi memancing dan meminta saya saja yang mengantar keluarga ke tempat yang dituju, Gubrakkk deeehhhhh, saya cuma menghela nafas, menata hati sebelum akhirnya bereaksi .. "ya gak bisa lah yaahh, kan besok ibu ulang tahun, masak ayah ngga ada, kan gak lucu istrinya ultah n makan bareng tp suaminya malah mancing". Dan dari raut wajah yang tergambar dihadapan saya cukup untuk  membuat saya sadar bahwa suami lupa kalo istrinya ulang tahun besok..... haaissssssshhhh ..!!!! Tapi apakah itu menjadi alasan saya ngambek, hehehe... ngga lah, malas aja ngambek - ngambek kalo bukan disebabkan hal yang prinsip, udah capek hati ngga ngepek juga.

Tapi memaaangggg pengertian itu memang tidak bisa instan didapat dalam kehidupan perkawinan, karena sayapun mengambil sikap seperti itu setelah bertahun - tahun kami menikah .. lebih tepatnya sih pasrah ajaaa, Hahaha ....

Lalu adalagi cerita tentang Reuni dan minder di hati..
Jadi ada seorang Ibu rumah tangga, Mutiara namanya yang mendapat undangan reuni yang menurutnya datang pada saat yang tidak tepat, maksudnya undangan reuni itu datang pada saat dirinya sedang tidak merasa maksimal jadi dia merasa rendah diri dan maju mundur dalam membuat keputusan mau datang atau tidak ke acara reuni tersebut. Bahkan setelah seluruh anggota keluarganya mendukungpun terasa masih ada rasa yang gimanaaaa gitu, sampai - sampai seluruh keluarganya ikut terlibat dalam mempersiapkan ibunda tercinta untuk hadir dalam reuni sekolah. Ada satu kalimat yang terngiang di benak saya waktu salah satu putranya tiba - tiba nyeletuk di tengah persiapan bundanya ... " Jadi Bunda takut kelihatan tidak cantik dibandingkan yang lain ?" .. Ya, betapa saya langsung tertohok oleh pernyataan itu.

Saya memang tidak pernah datang ke acara reuni sekolah atau reuni kuliah, karena saya tidak merasa nyaman di dalamnya. Saya hanya datang ke acara reuni teman kampus atau teman - teman sekolah yang dekat saja dengan saya, yang saya kenal betul mereka dari awal sebagaimana mereka kenal betul siapa saya pada saat itu dan saya yakin bahwa tidak ada yang berubah dari pertemanan kami selain rambut yang mulai beruban dan badan yang melebar >_< . But, I still see them as the same friends I used to know back then. Apakah saya minder ?? rasanya tidak, karena Alhamdulillah saya tidak kurang dalam hal materi, saya masih menghasilkan / bekerja, posisi saya juga lumayan at least for me, saya merasa saya sama saja dengan kebanyakan mereka dalam hal itu.

Tapi toh hal itu tidak lantas membuat saya merasa ingin bergabung dengan reunion circle, karena dalam fikiran saya, I don't even know most of them, mereka hanya berupa wajah - wajah yang samar dalam ingatan saya, bukan wajah - wajah yang akrab. And what I hate from reunion is, when everyone is bragging on each other, gue beginilah, gue begitulah, anak gw beginilah, anak gw begitulah, and so on yang rasanya makin lama makin naek aja tuh omongan... Plis dehh, I'm not interesting with what you wear, what you drive, where you've been gone and everything about your wealth, kecuali saya agen asuransi atau sales yang ingin memprospek konsumen... which I'm not.

Dan jadilah lingkaran pertemanan saya adalah lingkaran yang sangat kecil, tidak banyak teman yang dekat dengan saya, tapi biarpun begitu saya yakin mereka adalah orang - orang yang tulus berteman dengan saya, mereka orang yang bisa saya percayai. They won't betrayed me in every conditions. Saya tidak perlu khawatir ditinggalkan pada saat saya sedang susah, karena dasar pertemanan kami memang tidak pernah karena harta, tapi karena kesamaan dalam memandang dan menikmati hidup.

Kami dekat secara hati, biarpun kami tidak setiap saat saling menghubungi, bahkan ada waktunya sampai berbulan bulan kami tidak saling bertukar kabar. Tapi hal itu tidak lantas membuat kami jauh, karena pada saat kami bertemu waahhhh..... masing - masing lupa sama umur yang sudah menginjak kepala 4 ini, lupa pada posisi di kantor yg kerap kali membuat kita harus menjaga jarak, lupa kalau sebagian dari kami istri dan ibu, rasanya seperti masih belum lama kami berpisah. Obrolan, celaan, candaan seperti mengalir tidak berhenti dan waktu rasanya berjalan cepat kalau kami berkumpul. Tapi di sela sela obrolan kami, tidak pernah ada satu kalipun kami memamerkan apa yang kami punya. Kalaupun ada bahasan tentang jabatan, barang, itu lebih berupa diskusi, seperti kalau ada teman yang mengeluhkan betapa sejak jabatannya meninggi dia makin sulit mencari teman, kami mengerti dan memberikan support sebisanya. Atau waktu ada teman yang sedang mencari rumah, mobilkah, masukan - masukan dari kami lebih bersifat obyektif, yang memang diperlukannya untuk membantu mengambil keputusan.

Kemudian ada lagi cerita tentang seorang ibu yang sepertinya jenuh dengan rutinitasnya sebagai seorang ibu rumah tangga, yang kemudian mengambil keputusan untuk bekerja di luar rumah tentunya dengan ijin suami dan dukungan anak - anak. Tapi ternyata setelah dijalani beberapa lama, sang Bunda seperti tersadar bahwa jalan yang diambilnya memberikan dampak lain baik untuk dirinya sendiri ataupun kehidupan di rumah. Betapa ia yang terbiasa di rumah setiap waktu harus berkutat dengan susahnya mencari angkot pulang, belum lagi macet di jalan yang membuat ia nyaris selalu datang terlambat ke rumah dan artinya terlambat juga menyiapkan makanan untuk keluarganya. Ini membuat sang bunda berpikir, apa yang sebenarnya ia cari dari keputusannya untuk bekerja ..............???

Saya termenung cukup lama, pada saat membaca alinea terakhir dari cerita ini. Sebagai seorang Ibu yang bekerja saya merasakan hal - hal yang dituliskan. Saya juga pernah berfikir sebenarnya apa yang saya cari dengan keputusan saya untuk bekerja....

Hanya berbeda dari sang bunda dalam cerita, saya tidak pernah mengalami fase berhenti bekerja dan menjadi ibu rumah tangga. Dari sejak saya mulai masuk dunia kerja di tahun 1999, sampai dengan saat ini saya tidak pernah memutuskan untuk berhenti bekerja dulu untuk membesarkan anak anak dan kemudian bekerja lagi.

Setelah difikirkan, saya bekerja saat ini lebih karena ingin punya penghasilan sendiri siihhh ... rasanya kalau saya 100% bergantung pada suami itu bagaimanaa yahhh ?? gak enak banget. Nanti kalau kurang kemudian saya minta tambahan, bisa - bisa dianggap merepotkan sekali bolak balik minta. Belum lagi kalau saya ingin memberikan sesuatu untuk orang tua, walah ... rasanya gak berdaya banget yah.

Actually its related to my dignity, sepertinya menyedihkan untuk saya kalau saya menggantungkan seluruh hidup saya pada kebaikan hati suami. Bukan maksud saya mengecilkan peran suami, bukan bangetttt .... I am lucky to have a kind hearted husband, saya yakin suami saya akan berusaha sebaik mungkin sebagai suami untuk memenuhi kebutuhan keluarga kami. But I am not that kind of woman that all depend on her husband.   

Lagipula, kontribusi saya di dalam keuangan rumah tangga cukup besar, sudah mencapai 40% dari total pendapatan rumah tangga. Sehingga apabila saya berhenti bekerja, efek yang ditimbulkan juga cukup besar. At least, kemudahan dan fasilitas yang tidak primer yang biasanya ada harus kami kalkulasi kembali. Kalau ada yang berkata, ya coba saja berdagang dulu. Hmm.... berdagang itu tidak mudah ya ... saya sudah mencobanya, tetap akan membutuhkan waktu sehingga penghasilan yang di dapatkan menjadi sebesar penghasilan saya sekarang. Apalagi kalau modal pas - pas an, waahhhhhh berapa tahun saya harus merintisnya sebelum saya mendapatkan hasil yang saya harapkan. Memang tidak apple to apple , dimana mana juga semua harus dari kecil hingga menjadi besar yah. Tapi untuk saya, lebih mudah dan nyaman untuk tetap bekerja.

Kalau ditanya, bagaimana dengan anak - anak dan urusan rumah tangga ?? Sekali lagi saya harus bersyukur .... bersyukur karena kantor saya yang masih 1 kawasan dengan rumah membuat waktu tempuh ke kantor hanya 5 menit dengan kendaraan, yang artinya saya baru berangkat kantor setelah anak - anak berangkat sekolah dan saya sudah di rumah sebelum jam 6 sore. Belum lagi keberadaan ayah dan ibu saya yg sekarang tinggal satu komplek membuat saya makin tenang, karena ada kakek dan nenek yang mengawasi anak anak di rumah.... kurang ajar banget ya saya, dulu waktu kecil dirawat ortu, sekarang setelah punya anak masih juga minta dirawat anaknya .. hehehe.. Apakah dengan demikian saya bisa maksimal sebagai orang tua, istri dan anak .... Ya, tidak juga sihhh ... saya jarang masak di rumah, kecuali untuk makan anak - anak waktu sore. Malah seringnya anak - anak makan di rumah mbah nya. Kalau untuk suami, lebih praktis sepertinya saya tanya saja suami mau makan apa, habis itu beli deh .... qiqiqiqi..yang penting kan menyediakan toohh ... alesaaannn..

Yang penting suami saya tidak keberatan atau terpaksa karena keadaan dan anak - anak tetap mencari saya sebagai ibunya biarpun kadang saya tidak menyuapi lagi mereka... >_<


masih banyak lagi cerita yang ada dalam buku Sakinah Bersamamu tapi kalau saya bahas 1 per satu bisa2 kebanyakan tulisannya nih di blog ini bosen aja bacanya.. cape juga ngetik n mikirnya, saya memang belum selesai membacanya tapi saya yakin buku ini akan membawa pencerahan kepada kita untuk mulai merenungkan dan merefleksikan nilai - nilai positif yang kita dapatkan sebagai salah satu masukan dalam kita mengarungi bahtera rumah tangga yang insya Allah berujung pada surgaNya, amiin .... 

Nb : saya menskip membaca bab yang berkaitan dengan anak - anak, terutama yang membahas tentang bagaimana akibatnya jika kita misbehave terhadap anak - anak kita. Saya tidak kuat, baru membaca sedikit saja, saya langsung berurai air mata, karena saya sering merasa bersalah pada anak - anak untuk tidak menjadi perfect mom for them. I just keep trying to become "their mom"  TT_TT


Akhir kata, semoga bermanfaat ya ...



Kamis, 01 Januari 2015

Malang - Batu Adventure, Review : Interesting Places Part I (Jatim Park II)

Berhubung kami tidak ingin dikejar kejar jadwal harus kesana kemari untuk memenuhi kuota tempat tempat yang dikunjungi, kami ingin menikmatinya dengan hati tenang dan tidak memforsir tenaga, maka tidak semua tempat yang di rekomendasikan oleh blogger - blogger atau penikmat wisata yang kami datangi. 

Tapi, ada beberapa tempat yang secara khusus memang menarik perhatian kami. Keputusan untuk mendatangi tempat - tempat tersebut, lebih melihat ke kepentingan anak - anak, we bring 2 kids with age 10 and 6 years old, jadi penting untuk kami mempertimbangkan juga apakah kira kira anak - anak akan menikmati berada di lokasi tersebut, apa saja hal - hal menarik yang ada di dalamnya, cukupkah tempat istirahatnya dan tidak lupa, harus ada faktor edukasinya. Setidaknya, keluar dari tempat tersebut, anak - anak akan bertambah pengetahuannya. Dan beberapa di antaranya adalah :


JATIM PARK II ( Eco Green Park, Batu Secret Zoo dan Museum Satwa ) 

 Sebenarnya, salah satu sebab kenapa saya memilih Malang untuk menjadi tujuan utama liburan kami kali ini adalah karena ingin sekali mengunjungi tempat ini, yang sudah terkenal dikalangan traveller as the It place... should be visit at least once.

Banyaknya review yang bertebaran di dunia maya tentang tempat ini rasanya begitu menggelitik,  membuat saya menjadikan tempat ini sebagai salah satu tempat yang ingin saya kunjungi. 

Campuran antara wisata edukasi dan hiburan semakin memperlengkap keinginan saya untuk menjadikannya sebagai pembuka liburan kami di Malang. Oleh karena itu, keesokan hari setelah malamnya kami tiba di Malang, Jatim Park II menjadi destinasi pertama liburan. 

Hari itu, Rabu, 24 Desember 2014, pagi setelah kami sarapan di hotel, kami bersiap siap untuk berangkat ke Batu. Cuaca yang cerah menyertai keberangkatan kami. Kondisi jalan tidak terlalu macet, seperti biasa saya mengandalkan Google Maps untuk membantu memandu jalan jalan yang harus kami tempuh. Hari itu, pertama kali juga kami .. saya dan suami  kembali menelusuri jalan Ijen, jalan yang menjadi kebanggaan warga kota Malang karena warisan sejarahnya yang begitu kental. Jalannya masih seperti dalam ingatan saya, jalan boulevard yang luas dengan berm - berm yang lebar yang di penuhi oleh jajaran pohon palem, nyaris seperti Pondok Indah jalan dulu waktu belum dilanda macet berkepanjangan , dulu saya biasa melewati jalan ini kalau mau periksa ke dokter yang prakteknya bertempat di rumah beliau yang ada di kawasan Ijen ini. Rumah rumah model lama yang terus bertahan, kelihatan megah tapi sekaligus menyejukkan. 

Melewati deretan kampus - kampus yang bertebaran di kawasan ini seingat saya, selain Universitas Brawijaya di kawasan ini juga berdiri gedung - gedung perkuliahan universitas lain, kalau tidak salah Universitas Muhammadiyah juga termasuk (pasca sarjananya ) melintasi jalan Sumbersari - Gajayana yang sontak mengingatkan ayah pada hari - harinya waktu masih menjadi mahasiswa di Univ Brawijaya dan ayah sibuk bercerita ke anak - anak bagaimana beliau menghabiskan waktunya untuk bermain belajar dan bergaul dengan teman temannya. 

Perjalanan dari Malang ke Batu sebenarnya tidak terlalu jauh, kalau tidak macet bisa ditempuh kurang dari 1 jam, biasanya sekitar 30 - 45 menit sudah sampai. Lebih baik lagi kalau berangkatnya pagi, karena menjelang siang kondisi jalan semakin ramai menjurus ke arah macet dan kalau sudah macet, hopeless deeehhh, kecuali mencoba melewati jalan - jalan tikus yang untuk orang asing seperti kami malah lebih berisiko nyasar.

Untuk sampai ke Jatim Park II, kita melewati dulu Pasar Batu kemudian di pertigaan belok ke kiri ( searah dengan Batu Night Spectacular ). Kami tiba di area parkir Jatim Park II sekitar pk. 09.00 WIB, sementara terlihat di kejauhan, waktu operasional Batu Secret Zoo adalah pk. 10.00 WIB. Sebenarnya masih banyak waktu sebelum waktu pembukaan area Batu Secret Zoo, tapi pada waktu kami datang, area parkir sudah mulai penuh, jadi daripada kami keluar lagi dan nantinya malah tidak dapat parkir, kami putuskan untuk menunggu di dalam area saja. 

Setelah parkir, kami menuju ke loket dimana antrian wisatawan sudah mulai terlihat. Karena hari itu dianggap sebagai hari libur (liburan sekolah) maka tiket terusan untuk ke tiga tempat di area Jatim Park II dihargai Rp. 120.000,- / orangnya. Mahal sebenarnya, tapi gak papalah... toh menurut orang - orang, harga itu worth it sekali dengan apa yang akan kami dapatkan di dalam. 

Karena waktu menunggu Batu Secret Zoo beroperasi yang masih cukup lama, kami disarankan oleh mbak - mbak penjual tiket untuk mengunjungi Eco Green Park terlebih dahulu. Jadilah kami kesana, hanya saja karena tidak tahu, kami berjalan kaki dari area loket ke Eco Green Park yang cukup jauh dan menanjak sementara sebenarnya ada sejenis shuttle bus yang akan membawa pengunjung dari Batu Secret Zoo ke area Eco Green Park atau Jatim Park I secara gratis .. halaaahhhh .



Memasuki eco green park, pertama kami disambut oleh art work berupa patung gajah yang terbuat dari kumpulan layar - layar tv bekas ( lupa apakah ada di antaranya monitor komputer ) dan beberapa karya seni lain yang juga tersusun dari barang bekas. Tidak lupa ada semacam diorama yang menggambarkan apa yang terjadi jika hutan di lereng bukit di rusak, miniatur rumah rumah yang rusak terkena longsor dan pohon pohon / cabang - cabang yang terbawa oleh erosinya juga ada. 

Setelah itu kami memasuki insectarium dimana berisi banyak specimen - specimen serangga yang di awetkan dan di tempatkan dalam kotak - kotak kaca. Sayang, suasana yang ramai membuat anak - anak tidak dapat secara seksama menikmati dan membaca tulisan - tulisan yang tertera di masing masing kotak tersebut. 



Kemudian kami mulai memasuki area Walking Bird, saat itu saya baru menyadari bahwa kami akan menempuh jalan kaki yang lumayan panjang manakala saya melihat beberapa orang mulai menggunakan E- bike (sejenis sepeda bermotor yang kendalinya ada di tangan). Tapi mempertimbangkan biaya yang harus dikeluarkan, pada saat itu saya kira biaya sewanya adalah 300 rb/jam sementara aslinya adalah 100 rb/ 3 jam  >_<, jadi saya memilih untuk tetap berjalan kaki saja... rada - rada sombong sihhh, masa jalan kaki aja ngga kuat hahaha..... tp saya lupa kalau masih ada Batu Secret Zoo dan Museum Angkut yang menunggu dikunjungi. 

Di dalam area Walking Bird ini, lebih menyerupai taman unggas dimana banyak sekali terdapat unggas - unggas dari seluruh dunia yang di pamerkan. Masing - masing dibagi ke dalam area sendiri - sendiri dimana untuk mencapai satu area ke area lain, kita berjalan di rute - rute yang telah di sediakan. Cuma satu kendalanya, kalau bosan tidak bisa short cut karena saya lihat tidak ada jalan - jalan tembus yang langsung ke pintu keluar, melainkan kita tetap harus berjalan mengikuti rute - rute tersebut sampai akhirnya sampai pada titik akhir. 

 Eco Green Park juga melengkapi seluruh koleksinya dengan penjelasan yang cukup jelas dan mendetail sehingga selain melihat lihat satwanya, anak - anak juga bisa dengan mudah membaca penjelasan terkait satwa itu sendiri. 



 Penataan display satwa di Eco Green Park sangat menarik, masing - masing hewan di tempatkan di kandang - kandang yang sebagian besar kandangnya hanya berupa pagar setinggi perut orang dewasa sehingga kita bisa melihat jelas satwanya, tapi hati - hati, beberapa unggas ini sedikit sensitif, punya kebiasaan mematuk jadi jgn terlalu dekat dan patuhi peringatan yang terpasang di masing - masing kandang yaaa.  Berada di Eco Green Park sedikit mengingatkan saya pada Bali Bird Park, dimana disana kita juga harus berjalan menelusuri rute - rute yang telah di susun sedemikian rupa dengan hewan - hewan yang ditempatkan di sisi kiri dan kanannya bergantian dengan taman dan sculpture lainnya. 

Selain melihat satwa di kandang, di beberapa spot pengunjung diberikan kesempatan untuk berinteraksi dan berfoto dengan burung - burung secara langsung, cukup memberikan donasi 5000 rupiah / kali nya. Kakak dan adek jelas tidak akan melewatkan kesempatan untuk berfoto dengan binatang - binatang ini. langsung deeehhhhh mereka antri sebelum diberikan kesempatan berfoto. 





Puas di Eco Green Park, kami menuju ke Batu Secret Zoo. Sebenarnya kaki saya dan ayahnya rasanya pegeeeeeeelll bangeet, tapi masak berhenti hanya di satu area saja. Jadilah kami agak agak memaksakan diri ke Batu Secret Zoo. Sempat bingung mencari pintu masuknya, malah sampai bertanya ke Museum Satwa, ternyata pintu Batu Secret Zoo ada di dekat loket penjualan, yang beratap merah oalaaaaaaahhhh... daritadi dilewatin tapi ngga ngeh booo kami mulai menelusuri satu persatu area di Batu Secret Zoo. 

Masih mengangkat konsep sama dengan Eco Green Park, dimana pengunjung harus menelusuri dengan berjalan kaki mengikuti rute - rute yang telah di bagi - bagi ke dalam beberapa area. Tapi karena kami sudah kelelahan muter muter di eco green park, satu tips dari saya, kalau kesini lebih baik ke Batu Secret Zoo terlebih dahulu karena luas masing - masing area akan menguras tenaga kalau kita memaksa untuk menjelajahi semuanya kami memutuskan untuk menyewa e-bike saja. Berbeda dengan di Eco Green Park dimana e-bike tersedia cukup banyak atau yang menyewa sedikit , hehehe  di Batu Secret Zoo kami harus memesan dan menunggu dulu e-bike tersedia. Kami menunggu sekitar 20- 30 menit lah sebelum e-bike itu sampai di tangan kami. ohya, e-bike dipersyaratkan untuk dikendarai oleh anak anak yang usianya minimal 15 tahun biarpun pd kenyataannya saya lihat banyak juga anak - anak usia SD yang mengendarai e-bike, karena saya ingin patuh pada aturan akhirnya saya membatalkan pesanan untuk e-bike yang rencananya akan dikendarai oleh si Kakak, dan Kakak berdua saja dengan saya mengendarai e-bikenya. Sebenarnya cukup mudah mengendarai e-bike, karena semua otomatis dan pengendalinya ada di tangan, hanya memang untuk orang yang tidak terbiasa mengendarai kendaraan perlu belajar untuk mengendalikan emosinya, karena kalau tidak bisa - bisa kita terburu nafsu malah mengganggu pengunjung lain yang sedang berjalan kaki. 

Berada di Batu Secret Zoo saya malah tidak konsentrasi dengan binatang - binatang yang ada di sana, saya sudah pusing melihat banyaknya pengunjung yang lalu lalang, tips lagi untuk yang mau kesini, lebih baik datang tidak pada saat hari libur supaya bisa menikmati secara tenang keseluruhan satwanya. Ternyata si ayah juga begitu, sampai sampai sedikit sekali dokumentasi yang kami abadikan pada saat di Batu Secret Zoo ini. 

Anak - anak justru paling senang dengan papan - papan permainan tebak tebakan yang tersebar di beberapa area di BSZ ini, kalau sudah melihat papan itu, langsung mereka turun dan berebut menebak binatang apa yang ada di belakangnya.


Saya paham kenapa banyak sekali yang memuji BSZ ini, karena memang terlihat sekali pengelolanya / pendirinya bersungguh sungguh untuk memberikan informasi sekaligus hiburan dalam kemasan yang begitu menarik. Yang terbayang oleh saya adalah berapa lama dan berapa banyak biaya yang diperlukan untuk mengkonsep, menyusun dan merealisasikan sampai akhirnya tercipta lah Jatim park II ini. Hebaatttt ......!!! 

Kami sempat makan siang dulu di restoran yang katanya berputar itu, hehehe..... Biarpun pesennya cuma Bakwan Malang dan Nasi apa yaaa si ayah, tapi lumayanlah numpang ngaso dan anak - anak sibuuukk mutar muter seperti kitiran .


 Terakhir kami mengunjungi Museum Satwa. Tidak ada kata - kata lain yang terucap dibenak saya selain ..... Amazingly beautiful museum, gorgeusss.......................
Campuran antara seni dan pendidikan telah menjadikan museum satwa pilihan no 1 saya. It seem they really ... really... really ... serious with it. Gilaa, saya tidak habis pikir berapa lama dan bagaimana mereka mendapatkan koleksi - koleksi hewan hewan awetan ini, belum memasukkannya kedalam museum. Saya sempat terpana melihat koleksi jerapah yang tinggi itu, yang ada saya malah mikir.. itu masukkinnya pakai crane model apaaaaa yaaahhhh ?? betapa usaha yang harus dilakukan untuk mewujudkan museum ini luar biasa. 

This has to be the best museum in Indonesia, mungkin bahkan bisa disejajarkan dengan museum museum lain di Asia. 





Tidak terasa, hari telah sore saat kami melangkahkan kaki keluar dari Museum Satwa untuk kembali ke hotel. Meskipun kaki rasanya puegeeeelll setengah mati, tapi kami puas. Andaikata banyak tempat yang seperti ini, saya akan lebih sering membawa anak - anak ketempat ini dari pada ke Mal...













Malang - Batu Adventure, Going Home Trip

Akhirnya .... tepat di tanggal 1 Januari 2015, selesai sudah perjalanan berlibur kami sekeluarga biarpun sebenarnya terjadi beberapa perubahan - perubahan dalam rencana liburan kali ini, but thats make our experience even richer than it should be ^_^

Baru sekitar 2 jam yang lalu, kami sampai di rumah, tapi tangan saya sudah gatal ingin segera menuangkan pengalaman kami di perjalanan di blog ini, sebelum kenangan itu memudar, terlupakan lebih tepatnya, maklum faktor U berpengaruh besar .. hahaha
  
Kami memulai perjalanan pulang pada hari Rabu, tanggal 31 Desember 2014, pagi setelah sehari sebelumnya si adek diberikan ijin untuk keluar rumah sakit, yuuuppp liburan ini juga diwarnai oleh peristiwa yang mendebarkan / menakutkan untuk saya karena si kecil harus di opname selama 2 hari di suatu kota yang obviously wasn't our home.. 
Berbeda dengan rencana awal dimana tadinya kami merencanakan untuk 100% melakukan perjalanan pergi pulang melalui jalur utara pulau Jawa, tapi menimbang dan mengingat bagaimana sport jantungnya saya selama perjalanan berangkat yang disebabkan oleh banyaknya truk truk besar yang kami jumpai sepanjang perjalanan telah membuat kami mereview kembali rencana tersebut. 

Kebetulan, ayahnya anak anak jaman masih kuliah sering melakukan perjalanan yang buat saya adventure bangeeeddd, bayangkan saja suami dan teman temannya pernah melakukan perjalanan dari Malang - Jombang, tengah malam buta, lewat daerah Pujon - Batu yang berkelak kelok ngga keruan itu demi untuk apa coba ..........................hanya demi secangkir kopi di warung pinggir jalan di Jombang .. >_<    Gubrak bangeeeddd
Sepertinya ayah begitu terkenang pengalaman tersebut, sehingga ayah mengusulkan untuk perjalanan pulang kami menempuh perjalanan melalui Jawa Bagian Tengah sampai dengan Semarang untuk selanjutnya kembali ke jalur Utara Jawa. 

Ada beberapa opsi yang di dapatkan setelah kami meminta bantuan mbah Google maps untuk menuju ke Semarang : 
1. Melalui Blitar 
2. Melalui Batu - Pujon lanjut ke Pare Kandangan
3. Melalui Lawang - Mojokerto ke atas
4. Melalui Bojonegoro

Untuk lebih lengkapnya bisa langsung di coba mencari arah di Google Maps

Setelah berdiskusi, kami .. ayah dan saya  memutuskan untuk mengambil jalur melalui Batu - Pujon  - Pare - Jombang - Sragen - Surakarta - Salatiga - Semarang kemudian berhenti untuk istirahat dan melanjutkan perjalanan keesokan harinya. Perkiraan waktu tempuh yang di dapatkan dari Google Maps kurleb 5 jam lebih, pada kenyataaannya waktu tersebut selalu tidak tepat karena kami dari Malang - Semarang saja menempuh perjalanan 12 jam kok, moral of this story.. don't believe in Google Maps if its related with time frame, meleset teruuusss 

Terbukti keputusan ayah mengambil rute ini tepat adanya, perbedaan suasana antara jalur datang dan jalur pulang begitu terasa. Jalur datang yang menyusuri pantai Utara Jawa cenderung kering walaupun indah karena banyaknya pantai yang kami telusuri terasa begitu berbeda dengan jalur pulang yang menembus perbukitan. 

Dimulai dari Batu - Pujon yang indah biarpun jalannya penuh dengan kelokan - kelokan tajam dan pendek, yang untuk beberapa orang yang tidak terbiasa bisa menyebabkan mabuk darat .. saya dulu termasuk di dalamnya, sampai - sampai ini adalah kali pertama saya melewati Pujon, karena sepanjang waktu tinggal kami di Malang dulu, ayah saya tidak pernah sekalipun mengajak saya ke Pujon karena khawatir saya akan mabuk darat sepanjang perjalanan .. ternyata si adek juga sudah mulai merasakan, berbeda dengan kakaknya yang nyaris tidak pernah mabuk darat, si adek memang memiliki riwayat sedikit mabuk biarpun tidak pernah muntah tapi cukup mengganggu sampai adek jadi agak rewel. Beruntung simboknya ini berpengalaman dalam hal permabukan, hehehe jadi lebih mudah mengalihkan perhatiannya. Tips untuk mengurangi mabuk darat : 
1. Coba duduk di depan, jangan di paling belakang, kenapa ... untuk mengurangi bantingan saat mobil berbelok dan pandangan yang luas ke depan secara psikologis mengurangi ketegangan di pikiran
2. Lihatlah ke satu titik yang letaknya jauuuhh dari kita, jadi fokusnya tidak mudah berubah
3. Membiasakan diri ada di mobil / ruangan tertutup terutama pada saat macet, untuk membiasakan pikiran kita di dalam mobil, jadi tidak takut / trauma terlebih dahulu jika akan menempuh perjalanan. 
4. Jika bisa, cobalah belajar menyetir mobil, karena kalau kita bisa mengendarai mobil sendiri, biasanya pada saat orang lain yang menyetir mobil secara otomatis pikiran kita seakan akan juga ikut menyetir bersamanya kerugiannya adalah, karena kita bisa nyetir juga, ada saat saat tertentu dimana kita akan ikut campur dalam cara menyetir pak / ibu sopir ... wkwkwkwk

Jika menempuh perjalanan Pujon - Pare (Kediri) maka kita akan menjumpai bendungan Selorejo. Kalau ada waktu, coba saja mampir, kebetulan kami sedikit mengejar waktu jadi tidak mampir. Sampai di Ngawi pas waktu makan siang, kami berhenti sejenak untuk makan siang. Ayah sempat tertidur di meja dengan berbantalkan tangannya, begitu nyenyaknya sampai rasanya saya tidak tega untuk membangunkan beliau, apalagi ayah sedang mengalami masalah dengan pencernaannya jd terlihat sekali tidak nyaman sepanjang perjalanan. Hal itu juga yang mendasari saya untuk menggantikan ayah menjadi supir kali ini, biarpun sebenarnya saya agak jiper juga mengingat area baru yang sama sekali asing untuk saya, tapi Bismillah ... saya coba saja. 

Setelah 10 menit di balik kemudi, saya merasakan adrenalin mulai menjalari seluruh tubuh saya, sehingga saya yang tadinya ragu - ragu, mulai mengikuti irama perjalanan kali ini... saya lebih berani untuk kmenyalip beberapa kendaraan di depan saya .. horeeeeee !!!




Semangat ini juga yang membawa saya akhirnya mengendarai sampai kota Semarang sebelum akhirnya kami berhenti untuk makan malam dan meneruskan perjalanan ke Pekalongan karena kami memutuskan untuk menginap di pekalongan  saja dengan pertimbangan, kami tidak perlu menempuh jalan Kendal - Batang yang pada saat  berangkat terlihat macet karena pembetonan jalan.  



Keesokan harinya, setelah membeli pesanan sarung ayah saya, kami kembali melanjutkan perjalanan. Kali ini ayah kembali duduk di balik kemudi. Perjalanan kami termasuk lancar sekali, tidak ada kemacetan yang berarti apa karena masih awal tahun baru ya sehingga orang - orang masih belum bepergian ?? Tadinya kami ingin mampir untuk menikmati kuliner Kepiting Gemes yang terkenal di Comal itu, tapi karena yang ada di pinggir jalan yang kami lalui belum buka, akhirnya kami lewatkan saja. 

Tepat saat makan siang, kami sampai di Cirebon. Karena di Malang kami banyak melewatkan wisata kuliner yang terkenal itu, untuk saat ini saya ingin kami makan siang dengan empal gentong. Sebelumnya saya sudah browsing duluan, sehingga kami putuskan untuk makan siang di Empal Gentong Pak Darma di krucuk. Karena belum pernah sama sekali kesana, saya meminta panduan dari Google Maps untuk menemukannya. 

Ketemu juga sihhhh akhirnya, tapi saya malah ngga jadi makan di situ, hahaha.... Nanti saja ceritanya di edisi kuliner vacation.

Setelah sampai di Indramayu, kembali kami bertukar tempat, kali ini saya lagi yang duduk di belakang kemudi. Mendekati Simpang Jomin sempat terjadi kepadatan. kami mengantri sekitar 30 menitan sebelum akhirnya mulai lancar kembali. 

Akhirnya tepat jam 16.30 WIB sampailah kami ditujuan akhir .... which isssss.... our home ... HOREEEEEEE !!! I really ... really miss my own bed, and kids straight ahead to their gramps house..

Finally... I declare this vacation is officially OVER ....

See you next time at other place other time ... ^_*



 

 
Blogger Templates